R E F L E C T I O N
Berdasarkan KBBI (kamus besar Bahasa Indonesia), cita-cita berarti keinginan yang selalu ada di dalam pikiran atau menjadikan tujuan akhir. Ini biasa berkaitan dengan karir dimasa depan serta target yang bersifat jangka panjang. Cita-cita penting dalam memberikan arah dan fokus pada kehidupan seseorang, tanpa cita-cita seseorang mungkin merasa kehilangan atau hidup tanpa arah. Melalui cita-cita kita dapat membangun semangat hidup dan menjadi lebih positif karena cita-cita mendorong kita untuk lebih memahami diri lebih dalam serta mengetahui tujuan akhir yang ingin dicapai. Terakhir, sebagai motivasi untuk mencapai prestasi dan keberhasilan dalam berbagai bidang kehidupan.
Melalui pengalaman bazaar dan penampilan kelompok kami belajar bahwa dalam menggapai cita-cita dibutuhkan usaha nyata dan perencanaan yang matang, berikut lima contoh konkret yang telah kami lakukan:
Cita-cita adalah arah bagi langkah, bintang penuntun dalam gelapnya perjalanan hidup. Ia bukan sekadar angan, melainkan tujuan yang memberi makna pada setiap usaha, setiap peluh, dan setiap doa yang dipanjatkan. Dalam merancang masa depan, manusia tak berjalan sendiri. Tuhan pun mewartakan betapa pentingnya merencanakan hidup dengan bijak. Dalam Kitab Suci, banyak nasihat yang menegaskan pentingnya visi, tujuan, dan perencanaan jangka panjang. Berikut tiga kutipan Kitab Suci yang menekankan pentingnya merencanakan masa depan:
Kegiatan bazaar, memberikan kami berbagai keuntungan, salah satunya dalam bentuk keuntungan finansial.
Melalui tersebut, kami mendapatkan peluang untuk berbagi berkat kepada sesama terutama kaum KLMTD. Kelas
kami ingin menyumbangkan beberapa hasil keuntungan untuk disumbangkan ke panti asuhan. Secara
keseluruhan, kelas 93 sepakat untuk menyumbangkan sejumlah nominal Rp 1.500.000,00. Nominal tersebut
akan dibagi sama rata pada setiap kelompok, sehingga setiap kelompok menyumbangkan sejumlah nominal Rp
250.000,00. Pada tanggal 21 Februari 2025 beberapa perwakilan kelompok kami ikut ke Panti Asuhan Rumah
Hati Suci. Di panti itu, kami bertemu dengan anak-anak panti dan dipandu untuk tour mengelilingi panti.
Kami juga dijelaskan mengenai sejarah terbentuknya panti, siapa saja yang tinggal di panti, hingga
keseharian anak-anak yang tinggal di panti tersebut. Berdasarkan penjelasan yang kami dapatkan, kami
mengetahui berbagai latar belakang yang menyebabkan anak-anak tersebut masuk ke panti asuhan.
Alasan-alasan tersebut sangat menyentuh hati kami, sehingga kami tergerak dan tersadarkan bahwa kami
harus lebih bersyukur atas anugerah yang Tuhan berikan. Selain itu, kami juga diajak untuk mengunjungi
sekolah Hati Suci yang terletak bersebelahan dengan panti asuhannya. Sekolah tersebut terdiri dari
beberapa jenjang, mulai dari jenjang Taman Kanak-kanak, sampai dengan jenjang Sekolah Menengah Atas.
Sebagian murid dari sekolah tersebut merupakan anak-anak yang tinggal di panti asuhan, dan sebagiannya
tidak, karena sekolah Hati Suci juga terbuka untuk umum. Kunjungan charity ini menjadi pengalaman yang
sangat berharga bagi kami, karena kami tidak hanya mendapatkan kesempatan untuk berbagi, tetapi juga
tersadarkan akan pentingnya bersyukur dan peduli terhadap sesama. Kami belajar bahwa kepedulian sosial
bukan hanya teori yang diajarkan di kelas, tetapi sesuatu yang harus dihidupi dan diwujudkan dalam
tindakan nyata.
Tidak hanya itu, kami juga secara masing-masing membagi berkat kepada kaum KLMTD (Keci, Lemah, Miskin,
Tersingkir, dan Difabel). Mulai dari, anggota kami, Audrey, ia menyumbang berbagai mainan yang ia beli
menggunakan uang hasil keuntungannya ke sekolah minggu difabel. Lalu, Vallerie, ia menyumbang makanan
yang ia beli menggunakan uang hasil keuntungannya kepada pemulung (tuna rungu) di sekitar rumahnya.
Sebagian keuntungan milik Tri dimanfaatkannya untuk membeli kue lebaran dari toko-toko UMKM, yang
membantu memberi pendapatan bagi toko-toko tersebut yang telah menghadapi berbagai tantangan, seperti
keterbatasan modal, persaingan tinggi, dan kurangnya adopsi teknologi digital. Grace membagikan berkat,
dengan menyumbangkan uang hasil keuntungannya kepada seorang tunawisma yang memiliki disabilitas fisik.
Lalu, Joanna, membeli baju dengan uang hasil keuntungannya kepada panti jompo. Terakhir, Ega menyisihkan
beberapa keuntungan yang didapatkannya untuk disumbangkan dalam kotak APP (Aksi Puasa Pembangunan).
Dalam masa prapaskah ini, umat Katolik diajak untuk berbagi dengan sesama, khususnya yang miskin dan
menderita. Biasanya, gereja membagikan sebuah kotak kecil untuk masing-masing rumah, dan ketika masa
prapaskah berakhir, maka kotak tersebut akan dikumpulkan kembali ke gereja melalui ketua lingkungan
masing-masing, dan gereja akan menyalurkannya ke orang-orang yang membutuhkan.